Headlines News :
Home » , » Bagus...! Sebentar lagi saya akan mengajarimu bagaimana memburu elang

Bagus...! Sebentar lagi saya akan mengajarimu bagaimana memburu elang

Written By Terapkan Tauhid on 8 Agustus 2012 | Rabu, Agustus 08, 2012


Penulis : Syeikh Abu Muhammad Al Maqdisiy

Saat demi saat berlalu, kemudian adzan magrib berbunyi di hari pertama bulan Ramadhan.

Saat saat yang mengandung duka, di tempat yang terisolasi dari dunia seperti ini. Ini adalah ramadhan keempat yang menziarahi kami dalam ujian ini.

Saya telah membiasakan diri pada waktu waktu seperti ini untuk menyibukkan diri berdzikir, atau dengan pekerjaan apapun yang bermanfaat, dan tidak membuatnya larut dalam duka dan kenangan. Khususnya lagi pada hari ini dan pada saat saat seperti ini.

Sebuah pemandangan peristiwa dalam ingatanku yang selalu mendatangiku dengan tiba tiba pada setiap hari pertama ramadhan setiap tahun.

Pemandangan anak anak yang mengelilingi meja makan menunggu adzan, sedangkan ibu mereka bekerja dengan cepat cepat, bolak balik untuk menyiapkan buka puasa mereka. Mereka semua belum mencapai usia baligh, akan tetapi mereka bersemangat untuk puasa, khususnya pada hari hari pertama bulan ramadhan.

Beginilah keadaan pada setiap hal yang baru, biasanya diterima dan dijalani oleh anak anak dengan senang, antusias dan semangat.

Ya... Akan tetapi semangat saja tidak cukup sebagai bekal untuk melanjutkan perjalanan. Bukankah demikian?

Ku arahkan pandanganku ke jendela penjaraku yang kecil, untuk dapat menangkap sebagian pemandangan terbenamnya matahari di pandang yang tandus. Matahari menarik jejaknya dengan ketenangan yang mengagumkan dan dengan perlahan tapi cepat. Berkumandanglah adzan. Duhai, alangkah cepatnya kehidupan ini. Sekawanan burung di ufuk merah tergesa gesa kembali ke sarang tempat anak anaknya sebelum kemalaman.

Terlintas dalam ingatanku, walau aku tak menghendakinya, perkataan Al Mu'tamid bin 'Ibad dalam penjaranya:

ألا عصم الله القطا في فراخها

فإن فراخي خانها الماء والظل

Allah telah menjaga burung untuk mengurus anak anaknya

Sesungguhnya anak anakku telah dikhianati air dan bayangan.

Itu adalah tabeat manusia dan sifat kemanusiannya, juga sifat kasih sayang yang telah Allah tanamkan ke dalam hati hati mereka, dengannya mereka saling kasih sayang. Ia akan menguasai seseorang pada sebagian kesempatan, meskipun ia adalah sosok yang keras, kuat dan sabar.

Ku gelengkan kepalaku, dan melupakannya. Berusaha mengingat kembali bait bait syair yang kutulis di dinding selku yang kecil dahulu.

أخي إننا ما أسأنا الظنون

بوعد الإله القوي المتين

ولا زادنا القيد إلا ثباتا

ومازادنا السجن إلا يقين

ولا زادنا تعذيب إخواننا

وقتل الدعاة ولو بالمئين

سوي رفع راية إيماننا

وإظهار توحيد حق ودين

لمرضاة رب ونصرة دين

تطيب السجون و تحل المنون

لمرضاة رب عزيز كريم

تهون الحياة وكل البنون

Akhi... Sesungguhnya kami tidak berburuk sangka.

Terhadap janji Ilah yang Maha Kuat.

Borgol tidak menambah buat kami selain ketegaran.

Dan penjara tidak menambah selain keyakinan.

Penyiksaan terhadap ikhwan ikhwan kami

Dan pembunuhan terhadap para da'i walaupun ratusan, tidak akan menambah

Selain menambah tinggi iman kami

Dan menampakkan tauhid yang benar dan din.

Demi keridhoan Rob dan menolong din

Penjara akan terasa enak dan kesusahan akan terasa manis

Demi keridhoan Rob yang Maha Perkasa dan Maha Mulia

Kehidupan dan anak anak akan menjadi mudah

Disaat tersebut, ingatanku bercabang kepada perkataan anakku Umar yang bersedih kepada ibunya pada ramadhan yang lalu: "Sesungguhnya ayahku adalah seorang syeikh yang baik, saya mencintainya dan membanggakannya. Akan tetapi kita mengharapkan agar ia bersama kita disini, bukan di penjara!"

Ibunya langsung mengingatkannya dengan sebagian pedoman hidup, seakan akan kudengar gema suaranya di tengah keheningan sore hari: "Apa ini wahai Umar? Apa yang engkau kawatirkan?

Tidakkah telah ku katakan bahwa ayahmu dipenjara hanya demi din Allah, demi da'wah dan tauhid kepada-Nya?

Tidakkah telah ku ceritakan kepadamu kisah Nabi Ibrahim 'alaihissalam, bagaimana beliau dilemparkan ke dalam api karena da'wah beliau?

Juga kisah Nabi Musa... Kisah Nabi Isa dan ashhabul kahfi... Juga ashhabul ukhdud?"

Ah Umar..! Pasti kamu mengingat hari raya yang telah lalu dimana saya berada bersama dan disisi kalian.

Lalu dimana perkataanmu kepada ibumu untuk membantah orang yang mengkritik manhajku, yang telah diceritakan oleh ibumu kepadaku: "Saya senang menjadi seperti ayahku. Bila saya telah besar, saya akan melakukan seperti ayah. Saya akan berjihad melawan thogut thogut."

Lalu ada apa denganmu sekarang? Apakah sudah terasa panjang bagimu malam dan siang?

Ini baru saja awal perjalanan wahai anakku. Atau apakah kamu seperti dua adik kecilmu yang sangat bersedih terhadap ujian ini? Atau apakah kamu putus asa terhadap kemenangan dan merasa jalan ini sangat sulit?

Saya masih mengingat sinar matamu saat kamu berteriak ke arah musuh musuh Allah pada salah satu penggrebekan tengah malam mereka terhadap rumah kita. Saat kamu terbangun pada malam yang dingin itu dari tempat tidurmu karena kaget mendengar suara jelek mereka. Mereka telah menyebar ke segala penjuru rumah, membongkar dan memeriksa segala sesuatu. Salah seorang kafir dari mereka bertanya kepadamu dengan membentak: "Mana ayahmu?"

Lalu engkau menjawabnya tanpa ragu ragu: "Saya tidak tahu!" Padahal engkau sangat mengetahui dimana ayahmu malam itu.

Abu Hafs (Umar), saya masih ingat dan tidak akan melupakan tatapan tajammu ke arah mereka pada malam terakhir saat saya meninggalkan kalian, malam penangkapan terhadapku 4 tahun yang lalu. Mereka memborgol tanganku, mengelilingiku dari segala penjuru dan mendorongku dengan pentungan dan butt sejata mereka. Saya melihatmu di kegelapan malam itu berdiri di teras memperhatikanku, dan saya berteriak: "Jangan takut kepada mereka... Jangan takut kepada mereka... Mereka serangga... Mereka adalah lalat" Saya sangat mengingat bagaimana kata kata itu telah membekas dalam ingatanmu dan mengakar dalam pikiranmu, karena saat engkau menjengukku 6 bulan setelah itu, setelah saya dipindahkan dari sel tahanan mereka ke penjara, kemudian saya mengingatkanmu akan malam itu, engkau langsung menjawab: "Benar ayah, engkau mengatakan kepada kami : "Jangan takut kepada mereka, mereka adalah serangga dan lalat"

Tidaklah mengherankan kalau otak mudamu dapat mengingat kalimat kalimat ini dengan sempurna selain segala perkataan yang diucapkan pada malam itu.

Saya telah mengingatkanmu pada hari itu sebuah bait milik Ibnul Qoyyim yang telah ku tulis dalam sebuah surat yang telah ku kirim kepadamu dari sel.

لا تخش كثرتهم فهم همج الوري

وذبابه أتخاف من ذباب؟

Jangan takut dari banyaknya jumlah mereka, karena mereka tak berarti dan merupakan lalat

Apakah engkau takut kepada lalat?

Apakah engkau ingat hal ini wahai Umar? Musuh musuh Allah sangat marah saat mereka membacanya, dan saya menginginkan untuk selalu mengingatkanmu akan hal ini, walaupun mereka tidak menyukainya.

Lalu ada apa denganmu sekarang, apakah engkau sudah tidak sabar agar saya bersama kalian?

Tidak mengherankan, engkau sekarang masih kecil.

Jalan ini adalah jalan panjang, dipenuhi oleh hal hal yang tidak disenangi, sehingga banyak orang yang melewatinya berjatuhan. Dan banyak pula yang berhenti melewatinya.

Tidakkah telah selalu kusampaikan kepadamu dan kepada selainmu bahwa umur ujian yang menimpa kita sangatlah pendek bila dibandingkan dengan ujian yang telah menimpa saudara saudara kita di selain negeri ini.

Ini baru permulaan wahai anakku. Ini adalah langkah pertama diatas jalan da'wah mulia dan perdagangan agung ini, yang tidak seorangpun mampu membayar harganya kecuali para rijal (para ksatria)... :

رجال صدقواما عاهدوا الله عليه فمنهم من قضي نحبه ومنهم من ينتظر وما بدلوا تبديلا

"Para rijal yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada yang menunggu nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya"
(Al Ahzab:23)

بل أنت غالية علي الكسلان يا سلعة الرحمن لست رخيصة
حجبت بكل مكاره الإنسان يا سلعة الرحمن لو لا انها
وتعطلت دار الجزاء الثاني ما كان قط من متخلف
لصيد عنها المبطل المتواني لكنها حجبت بكل كريهة
رب العلي بمشيئة الرحمن وتنالها الهمم التي تسمو إلي

Wahai dagangan Ar Rahman, engkau tidaklah murah

Akan tetapi mahal bagi para pemalas

Wahai dagangan Ar Rahman, seandainya ia tidak dikelilingi

Oleh segala hal yang tidak disenangi oleh manusia

Maka tak seorangpun ketinggalan untuk meraihnya

Dan tentu ganjaran kedua akan ditiadakan

Akan tetapi ia dikelilingi oleh segala yang tidak disenangi

Untuk mencegah para pemalas darinya

Dan akan diraih oleh cita cita yang sampai kepada

Rob yang Maha Tinggi, atas kehendak Ar Rahman.

Alangkah manis perkataan Ibnul Qoyyim (dan syair diatas adalah milik beliau), ketika beliau mensifatinya dengan perkataan beliau:

"Demi Allah, dagangan tersebut tidaklah murah sehingga dapat dibeli oleh orang orang yang bangkrut, juga bukanlah barang yang tidak laku sehingga dikreditkan. Ia telah dipajang di pasar dengan harga yang tinggi, dan harganya hanyalah bisa dicapai dengan mengorbankan jiwa. Maka para penganggur mundur (tidak dapat membelinya), sedangkan mereka yang mencintainya melihat lihat, siapa diantara mereka yang layak menjadi harganya? Maka harga tersebut diedarkan diantara mereka, dan kemudian jatuh di tangan:

أذلة علي الؤمنين أعزة علي الكافرين

"Yang bersikap lemah lembut kepada orang orang mu'min dan bersikap keras kepada orang orang kafir"
(Al Maidah:54)

Akan tetapi ketika banyak orang yang mengaku ngaku seperti itu, maka mereka diminta untuk mendatangkan bukti atas kebenaran pengaku ngakuan tersebut. Bila manusia diberi hanya berdasarkan pada pengaku ngakuan mereka, maka tentu bermacam macam orang akan mengandalkan pengaku ngakuannya. Maka dikatakan, pengaku ngakuan ini tidak akan diterima kecuali dengan bukti:

قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله

"Katakanlah: "Jika kalian mencintai Allah, maka ikutlah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian."
(Ali Imran:31)

Maka mereka semua mundur, dan yang tetap hanyalah para pengikut Al Habib (Rosulullah) dalam perkataannya, perbuatannya dan akhlaknya. Kemudian mereka diminta untuk memperkuat bukti dengan sebuah rekomendasi:

يجاهدون في سبيل الله ولا يخافون لومة لائم

"Mereka berjihad di jalan Allah dan tidak menghiraukan celaan orang yang mencela"
(Al Maidah:54)

Lalu kebanyakan orang orang yang mencintai dagangan ini mundur, akan tetapi para mujahidin bangkit.

Lalu dikatakan kepada mereka: "Sesungguhnya nyawa dan harta orang orang yang mencintai ini bukanlah milik mereka, maka kemarilah untuk mengadakan transaksi jual beli:

إن الله اشتري من المؤمنين أنفسهم وأموالهم بأن لهم الجنة

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang orang mu'min, nyawa dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka"
(At Taubah:111)

Ketika mereka mengetahui Maha Agungnya Pembeli, bagusnya harga, serta mulianya orang yang telah melakukan transaksi ini, maka ketika itu mereka menyadari akan besarnya nilai dagangan tersebut dan urgensinya. Mereka melihat bahwa kerugian yang paling besar bagi orang yang menukarnya dengan barang murahan.

Lalu mereka membeli kesenangan tersebut dengan kerelaan, tanpa adanya pilihan lain, dan mereka berkata:

لا نقيلق ولا نستقيلك

"Kami tidak akan membatalkan transaksi dan tidak pula meminta untuk dibatalkan"

Ketika transaksi ini telah sempurna , maka dikatakan kepada mereka: "Nyawa dan harta kalian adalah milik Kami, Kami akan menggantinya untuk kalian dengan sesuatu yang berkali lipatnya:

ولا تحسبن الذين قتلوا في سبيل الله أمواتا بل أحياء عند ربهم يرزقون، فرحين بما آتاهم الله من فضله

"Janganlah kamu menyangka bahwa orang orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka adalah hidup di sisi Rob mereka dengan mendapatkan rezki.
Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka."
(Ali Imran:169-170)

Lalu mereka ber-tahmid ketika mereka telah mendapatkan karunia-Nya, dan kemudian mereka bersyukur kepada-Nya atas apa yang telah Dia berikan kepada mereka.

Dan pada pagi hari, mereka memuji-Nya kembali atas karunia-Nya..."

Engkau harus paham betul hal ini wahai anakku.. Hapalkanlah, agar engkau dapat mengetahui hakekat jalan ini dan sebagian tuntutan tuntutannya. Maka setelah hari ini, janganlah engkau merasa tidak sabar dan lelah, selama hidupmu.

Saya ingat kunjungan terakhirmu. Pada hari itu, lewat jendela besuk, saya melihat matamu penuh dengan kebahagian dan kesenangan. Engkau berkata:

"Ayah, kemarin saya keluar bersama guruku untuk berburu, dan saya berhasil menembak merpati dengan senapan untuk pertama kalinya...! Iya ayah, dengan senapan...! Untuk pertama kalinya saya menembak merpati dengan senapan."

"Bagus Umar, mumtaz..! Sekarang datang giliran elang. Sebentar lagi insya Allah, saya akan mengajarimu bagaimana memburu elang."

Adzan berkumandang...

Kenangan berhenti, air mata berharga menetes. Segera kuhapus dan bergumam:

"Ya Allah, ini adalah permulaan malam-Mu, akhir siang-Mu, dan suara do'a kepada-Mu, maka ampunilah diriku"

Abu Muhammad Al Maqdisiy
Penjara Suwaqoh
Sore pertama bulan Ramadhan 1417 H.

Alih Bahasa : Muhajir

Keterangan :

Anak kedua beliau, Umar rohimahullah telah syahid di Iraq beberapa tahun yang lalu setelah sebelumnya sempat tertangkap di Iraq. Pent

Ikut andil dalam berda'wah, sebarkan :

Posting Komentar