Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu...
Sesunguhnya seseorang, bila ia menampakkan kepada orang orang musyrikin persetujuanya terhadap din mereka, dan mencari muka dihadapan mereka demi menghindarkan diri dari kejahatan mereka, maka ia adalah kafir seperti halnya mereka, walaupun ia sebenarnya ia tidak menyukai dan membenci din mereka dan iapun mencintai Islam dan kaum muslimin.
Hukum ini bila tidak muncul darinya kecuali sikap ini saja. Lalu bagaimana halnya bila ia membela mereka, menyeru kepada mereka, masuk ke dalam ketaatan kepada mereka, menyetujui din mereka yang bathil, membantu mereka dengan pertolongan dan harta, serta berloyal kepada mereka dan memutus loyalitasnya kepada kaum muslimin, kemudian menjadi 'tentara kubah' dan tentara syirik dan orang orang musrikin?! Maka sesungguhnya tiada seorang muslimpun yang meragukan bahwa orang ini adalah kafir dan termasuk orang yang paling memusuhi Allah ta'ala dan rosul-Nya shollallahu 'alaihi wa sallam. Tidak seorangpun yang diperkecualikan dalam hal ini selain orang yang dipaksa, yaitu orang yang ditawan oleh orang orang musyrikin, kemudian mereka mengatakan kepadanya : "Kafirlah!" atau "Lakukan ini, bila tidak mau, maka kami akan melakukan begini padamu atau kami akan membunuhmu"! atau mereka(terus) menganiaya dan menyiksanya sampai ia menyetujui mereka. Maka boleh baginya menyetujui mereka dengan lisan sedangkan hatinya tetap thuma'ninah (tetap tenang) dalam keimanan.
Para ulama telah ber-ijma' bahwa barang siapa yang mengucapkan kalimat kekufuran dalam keadaan bersanda gurau, maka ia kafir. Lalu bagaimana gerangan atas seseorang yang menampakkan kekafiran karena takut dan tamak terhadap dunia?! Saya akan menyebutkan sebagian dalil dalil atas hal ini, atas pertolongan dan bantuan dari Allah.
Dalil Pertama.
Firman Allah ta'ala:
و لن ترضي عنك اليهود ولا النصاري حتي تتبع ملتهم
"Dan sekali kali orang orang yahudi dan orang orang nashrani tidak akan pernah rela kepada kamu sampai kamu mengikuti millah mereka". (Al Baqarah:120.
Allah subhanahu wa ta'ala mengabarkan bahwa sesungguhnya orang orang yahudi dan orang orang nashrani, demikian juga orang orang musyrikin, mereka tidak akan rela terhadap nabi shollallahu 'alaihi wa sallam hingga beliau mengikuti millah mereka dan hingga beliau bersyaksi bahwa mereka berada diatas kebenaran. Kemudian Allah berfirman:
قل إن هدى الله هو الهدى، ولئن اتبعت أهواءهم بعد الذي جاءك من العلم مالك من الله من ولي ولا نصير
"Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang benar. Dan sesungguhya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepada mu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu". (Al Baqarah : 120).
Dalam ayat lain:
إنك إذا لمن الظالمين
"Sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang orang dzolim". (Al Baqarah : 145).
Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam saja, bila beliau menyetujui din mereka secara dzahir (nampak) tanpa mengikut sertakan aqidah yang di dalam hati, melainkan karena rasa takut dari kejelekan mereka dan karena mudahanah (mencari muka atau menjilat) kepada mereka, maka akan menjadi termasuk orang orang dzolim. Lalu bagaimana gerangan dengan orang yang menampakkan kepada para penyembah kubur dan kubah bahwa mereka ( orang orang musyrik) tengah berada diatas petunjuk yang lurus? Sesungguhnya orang orang musyrikin tidak akan rela kecuali dengan hal ini.!
Dalil kedua.
Firman Allah tabaraka wa ta'ala:
ولا يزالون يقااتلونكم حتى يردوكم عن دينكم إن استطاعوا، ومن يرتدد منكم عن دينه فيمت وهوكافرفالئك حبطت أعمالهم
في الدنياوالاخرة والئك أصحاب النار هم فيها خالدون
"Mereka tiada henti hentinya memerangi kalian hingga mereka dapat memurtadkan kalian dari din kalian jika mereka mampu, dan barang siapa dari kalian yang murtad dari din nya lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Al Baqarah : 217).
Allah ta'ala mengkhabarkan bahwa orang orang kafir akan selalu memerangi kaum muslimin hingga mereka dapat memurtadkan kaum muslimin dari din mereka ( dari islam), bila mereka mampu. Allah tidak memberi rukhshoh untuk menyetujui mereka walaupun karena sebab kekhawatiran terhadap jiwa, harta benda dan kehormatan. Bahkan Dia mengkhabarkan bahwa barang siapa yang menyetujui mereka demi menghindarkan diri dari kejelekan mereka setelah mereka memeranginya, maka ia adalah seorang yang murtad. Bila ia mati diatas kemurtadannya setelah sebelumnya ia diperangi oleh orang orang musyrikin, maka sesungguhnya ia termasuk penduduk neraka yang kekal di dalamnya. Lalu bagaimana gerangan atas orang yang menyetujui mereka tanpa adanya peperangan?! Bila tidak ada udzur baginya untuk menyetujui mereka setelah mereka memeranginya, maka engkau akan mengetahui bahwa orang yang mendatangi mereka, yang bersegera untuk menyetujui mereka tanpa adanya kekhawatiran dan tanpa adanya peperangan adalah lebih layak untuk tidak memiliki udzur, dan sesungguhnya orang ini adalah kafir murtad.
Dalil ketiga.
Firman Allah tabaraka wa ta'ala:
لا يتخذ المؤمنون الكافرين أولياء من دون المؤمنين، ومن يفعل ذلك فليس من الله في شيء إلا أن تتقوا منهم تقاة
"Janganlah orang orang mu'min mengambil orang orang kafir sebagai wali wali (penolong, pelindung, teman akrab) dengan meninggalkan orang orang mu'min. Barang siapa yang berbuat demikian niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena siasat memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. (Ali 'Imran:28).
Allah ta'ala melarang orang orang mu'min dari menjadikan orang orang kafir sebagai wali wali, teman teman dan sahabat sahabat dengan meninggalkan orang orang mu'min. Walaupun mereka (maksudnya orang orang beriman. Pent) dalam keadaan takut terhadap orang orang kafir. Dan Dia mengkhabarkan bahwa barang siapa yang berbuat demikian maka فليس من الله في شيء (maka lepaslah ia dari Allah), maksudnya ia bukan termasuk wali Allah yang dijanjikan akan mendapatkan keselamatan di akhirat. إلا أن تتقوا منهم تقاة (kecuali karena siasat memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka), yaitu kecuali bila seseorang dalam keadaan dikuasai oleh orang orang musyrik sehingga tidak mampu untuk memusuhi mereka, lalu menampakkan kepada mereka sikap mu'asyarah (sikap persahatan atau pergaulan baik) akan tetapi hati tetap tegar dalam membenci dan memusuhi mereka. Lalu bagaimana gerangan orang yang menjadikan mereka sebagai wali wali (penolong, pelindung, teman akrab) dengan meninggalkan orang orang mu'min tanpa adanya udzur, hanya karena mencintai dunia diatas kecintaannya terhadap akhirat, serta karena takut kepada orang orang musyrik dan tidak takut kepada Allah, padahal Allah tidak menjadikan rasa takut sebagai sebuah udzur, dan bahkan Dia berfirman:
إنما ذلكم الشيطان يخوف أولياءه، فلا تخافوهم وخافون إن كنتم مؤمنين
"Sesungguhnya itu hanyalah setan yang menaku nakuti kalian dengan wali walinya (dengan kawan kawannya), maka janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kalian benar benar orang orang beriman." (Ali Imran:175).
Dalil keempat.
Firman Allah ta'ala:
يا أيها الذين آمنوا إن تطيعوا الذين كفروا يردوكم علي أعقابكم فتنقلبوا خاسرين
"Wahai orang orang yang beriman, jika kalian mentaati orang orang kafir, niscaya mereka akan mengembalikan kalian ke belakang (akan memurtadkan kalian), lalu jadilah kalian orang orang yang merugi." (Ali Imran:149)
Allah ta'ala mengabarkan bahwa sesungguhnya orang orang beriman, bila mereka mentaati orang orang kafir, maka pasti orang orang kafir tersebut akan menjadikan mereka murtad dari Islam. Orang orang kafir tidak akan puas terhadap sesuatu yang lebih kecil (dosanya. Pent ) dari kekafiran. Kemudian Allah mengabarkan bahwa bila mereka (orang orang beriman) melakukan hal tersebut, maka mereka menjadi orang orang yang merugi di dunia dan di akhirat. Dan Dia tidak memberikan rukhshoh untuk menyetujui (kekafiran) mereka dan taat kepada mereka karena sebab takut kepada mereka. Inilah realita, sesungguhnya orang orang kafir tidak akan puas terhadap orang yang menyetujui mereka sampai orang tersebut bersyaksi bahwa mereka berada di atas kebenaran, serta menampakkan permusuhan dan kebencian kepada kaum muslimin, dan memutus bantuan buat orang orang islam. Kemudian Allah berfirman:
بل الله مولاكم وهو خير الناصرين
"Bahkan Allah lah pelindung kalian, dan Dia adalah sebaik baik penolong." (Ali Imran:150)
Allah mengabarkan bahwa Dia adalah pelindung dan penolong orang orang yang beriman dan Dia adalah sebaik baik penolong. Sesungguhnya berwali dan taak kepada Allah tidak membutuhkan untuk taat kepada orang orang kafir.
Alangkah besar penyesalan manusia yang yang telah mengenal tauhid dan tumbuh besar di dalamnya serta memeluknya dalam waktu yang lama, bagaimana mereka bisa keluar dari perlindungan Rob alam semesta, sebaik baik penolong, malah masuk ke dalam perlindungan para penyembah kubah dan rela dengan hal ini sebagai ganti dari perlindungan Dzat yang di Tangan-Nya kerajaan segala sesuatu. Ganti yang amat buruk bagi orang orang dzolim !!
Dalil kelima.
Firman Allah ta'ala:
أفمن اتبع رضوان الله كمن باء بسخط من الله ومأواه جهنم وبئس المصير
"Apakah orang yang mengikuti keridhoan Allah sama dengan orang yang kembali dengan membawa kemurkaan Allah dan tempatnya adalah jahannam, dan itu adalah seburuk buruk tempat kembali. (Ali Imran:162)
Allah mengabarkan bahwa tidaklah sama orang yang mengikuti keridhoan Allah dengan orang yang mengikuti apa apa yang dimurkai Allah serta tempat kembalinya pada hari kiamat adalah jahannam.
Tidak diragukan lagi bahwa beribadah kepada Ar Rahman saja serta menolong usaha ibadah ini dan menjadi pelakunya adalah termasuk hal yang diridhoi oleh Allah. Sebaliknya, beribadah kepada kubah kubah dan kepada orang orang yang telah mati serta menolong usaha tersebut dan menjadi pelakunya adalah termasuk hal yang dimurkai oleh Allah. Maka orang yang menolong tauhid kepada-Nya serta menda'wahkannya dengan ikhlas dan menjadi bagian dari orang orang mu'minin, tidaklah sama di sisi Allah dengan orang yang menolong kesyirikan dan perbuatan berdo'a kepada orang orang yang telah mati serta menjadi bagian dari orang orang musyrikin.
Bila mereka mengatakan: "Hal ini disebabkan karena kami takut".
Maka dikatakan kepada mereka' "Kalian dusta!"
Sekali lagi, Allah tidak menjadikan rasa takut sebagai sebuah udzur untuk mengikuti apa apa yang dimurkai oleh-Nya dan meninggalkan apa apa yang diridhoi oleh-Nya. Banyak dari pelaku kebathilan yang meninggalkan al haq hanya karena takut dari hilangnya dunia mereka. Mereka sebenarnya mengetahui dan meyakini al haq, akan tetapi dengan pengetahuan dan keyakinan ini mereka tidak menjadi muslim.
Dalil keenam.
Firman Allah ta'ala:
إن الذين توفاهم الملائكة ظالمي أنفسهم قالوا فيم كنتم قالوا كنا مستضعفين في الأرض قالوا ألم تكن أرض الله واسعة فتهاجروا فيها فألئك مأواهم جهنم وساءت مسيرا
"Sesungguhnya orang orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan mendzolimi diri mereka sendiri, malaikat berkata: Dalam keadaan bagaimana kalian ini?" Mereka menjawab: "Kami adalah orang orang yang tertindas di dalam negeri". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kalian dapat berhijrah di bumi itu?!" Orang orang itu tempatnya di neraka jahannam, dan jahannam itu seburuk buruk tempat kembali." (An Nisa:97).
Maksudnya: "Kalian berada di pihak mana? Apakah di pihak kaum muslimin ataukah di pihak kaum musyrikin?" lalu mereka beralasan bahwa penyebab mereka tidak berada di pihak kaum muslimin adalah karena mereka ditindas. Akan tetapi para malaikat tidak menerima alasan ini dan mengatakan kepada mereka: "Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kalian dapat hijrah di muka bumi itu?" Maka tempat kembali mereka adalah jahannam dan itu adalah seburuk buruk tempat kembali.
Tidak seorangpun yang berakal meragukan bahwa negeri negeri yang keluar dari pihak kaum muslimin berarti telah menjadi bersama dan berada di pihak kaum musyrikin. Dan bahkan ayat ini diturunkan berkenaan dengan penduduk mekah yang telah masuk Islam dan terhalang dari pergi berhijrah. Ketika kaum muslimin keluar ke Badar, kaum musyrikin memaksa orang orang tadi untuk keluar bersama mereka. Lalu keluarlah orang orang tadi (dalam barisan kaum musyrikin) dalam keadaan takut. Dan kaum muslimin membunuh mereka di Badr. Ketika kaum muslimin menyadari bahwa orang orang tadi ikut terbunuh, mereka merasa sedih dan berkata: "Kita telah membunuh saudara saudara kita sendiri." Lalu Allah menurunkan ayat ini yang berkenaan dengan keadaan mereka.
Lalu bagaimana gerangan dengan penduduk suatu negeri yang dahulu muslim kemudian melepaskan ikatan islam dari leher leher mereka, mereka menampakkan kepada orang orang musyrikin persetujuan mereka terhadap din syirik, mereka mentaati, memberi tempat tinggal dan menolong orang orang musyrik. Sebaliknya, mereka menelantarkan orang orang bertauhid dan mengikuti jalan orang orang yang tidak bertauhid. Menyalahkan orang orang yang bertauhid, menampakkan kepada mereka cacian, umpatan, celaan dan penghinaan. Mentololkan pendirian orang orang yang bertauhid yang tegar dan sabar diatas tauhid dan yang berjihad membela tauhid, malah mereka membantu orang orang musyrikin untuk menghadapi orang orang yang bertauhid baik dengan suka rela ataupun terpaksa, baik karena pilihan sendiri ataupun karena darurat. Maka mereka ini lebih layak untuk kafir dan mendapatkan neraka dari pada orang orang yang tidak berhijrah karena tidak mau meninggalkan tanah air, dan karena perasaan takut kepada orang orang kafir, mereka keluar dalam barisan tentara kafir dalam keadaan dipaksa dan takut.
Bila ada yang mengatakan: "Bukankah paksaan untuk ikut keluar dalam barisan orang orang kafir dapat menjadi udzur bagi mereka yang terbunuh pada perang Badar?"
Maka dijawab: "Hal itu tidak dapat menjadi udzur, karena mereka pada awal mulanya tidak memiliki udzur untuk tetap tinggal bersama orang orang kafir, maka mereka tidak bisa diudzurkan setelah itu dengan alasan dipaksa. Karena merekalah penyebab dari hal itu, sebab mereka tetap tinggal dengan orang orang kafir dan meninggalkan hijrah.
Home »
» Dalil ke-1 sampai ke-6
Posting Komentar