Headlines News :
Home » , , , » Apa peran kaum muslimin yang sedang tidak berada di medan jihad?

Apa peran kaum muslimin yang sedang tidak berada di medan jihad?

Written By Terapkan Tauhid on 9 Oktober 2012 | Selasa, Oktober 09, 2012

Pertanyaan :

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Kepada Syeikh kami yang mulia, saudara saudara anda di Mesir sangat rindu sekali untuk berjihad di jalan Allah dan mengangkat senjata, dan andapun telah mengetahui keadaan yang terjadi disini pada hari hari ini. Kami tidak ingin termasuk orang orang yang menelantarkan Dien kita sehingga kami akan dihisab di hadapan Allah Azza wa Jalla, maka kami sangat berharap nasehat anda dan semoga anda ditegarkan oleh Allah, jazakumullah khairan.

Penanya: Hamilul Misk

Jawaban:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Bismillah, segala puji milik Allah, sholawat dan salam atas Rosulullah, juga atas keluarga beliau, sahabat sahabat beliau dan orang orang yang mengikuti beliau.

Amma ba'du:

Saya memohon dari Allah ketegaran di atas al haq untuk diri kami dan anda sekalian, semoga Allah memberikan barokah untuk anda sekalian atas semangat anda dalam menjalankan kebaikan. Akan tetapi wajib untuk diketahui oleh saudara saudara yang kami cintai apa yang telah disabdakan oleh Nabi kita shollallahu 'alaihi wa sallam:

جاهدوا المشركين بأنفسكم وأموالكم وألسنتكم

"Berjihadlah melawan orang orang musyrikin dengan jiwa jiwa kalian, harta harta kalian dan lisan lisan kalian."Hadits shohih riwayat Abu Daud dalam Sunan beliau

Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwa jihad itu tidak hanya berupa jihad dengan jiwa. Sehingga pemahaman apabila seseorang mendapat udzur untuk tidak dapat bergabung dengan kafilah jihad, maka kewajiban jihad gugur secara keseluruhan atas dirinya adalah pemahaman yang harus dibenarkan sesuai dengan ketentuan syari'at. Jihad mempunyai tiga tingkatan: jihad dengan jiwa; ini merupakan tingkatan jihad yang paling tinggi. Kemudian jihad dengan harta; termasuk di dalamnya adalah mendanai keperluan jihad, memelihara anak anak dan janda janda para syuhada, dan lain lain. Kemudian jihad dengan lisan, termasuk di dalamnya tahridh (menyemangati kaum muslimin untuk berjihad), membantah syubhat syubhat, demikian juga jihad media masa seperti dengan menyebarluaskan bayan bayan yang dikeluarkan oleh para komandan komandan mujahidin, karya tulis syeikh syeikh jihad, atau menyerang dan merusak situs situs musuh dan lain lain. Semua dari ketiga tingkatan ini adalah saling melengkapi, meskipun jihad dengan jiwa adalah tingkatan yang paling tinggi, tetapi terkadang tingkatan tingkatan yang lain adalah lebih penting berdasarkan fase dan keadaan yang sedang dihadapi oleh jihad fi sabilillah.

Juga sebagaimana telah diketahui oleh penanya, bahwa Allah telah memberikan anugerah kepada umat ini dengan keberadaan banyak medan medan jihad, seperti negeri Afganistan, Kaukakus, Iraq, Kasymir, Pilipina Selatan, Somalia, Maghrib Al Islamiy, dan Jazirotul Arab. Maka barangsiapa yang memungkinkan untuk bergabung dengan saudara saudaranya, maka jangan sekali kali ia menyia nyiakan kesempatan ini, karena tidak semua orang yang ingin bergabung dengan saudara saudaranya berhasil mencapainya. Pada kesempatan ini, saya meminta saudara penanya dan yang membaca fatwa ini untuk melihat kembali fatwa no 4746.

Adapun bagi siapa yang tidak mampu untuk bergabung, dan jiwanya berhasrat untuk berjihad dengan jiwa, maka sebagai gantinya adalah apa yang dikenal dengan istilah Jihadul Fardi (operasi jihad pribadi). Akan tetapi ia harus mengamalkan beberapa taujihat di bawah ini:

  1. Pertama tama ia wajib meng-ikhlaskan amalannya untuk Allah Ta'ala.
  2. Kedua, melakukan operasi dengan rahasia dan kitman (tidak diketahui oleh orang lain) walaupun terhadap orang yang paling dekat dengannya.
  3. Ketiga, hendaknya ia memilih target penting pada musuh, kemudian mempelajarinya dan berlatih dengan baik untuk menjadikannya sebagai target.
  4. Keempat, hendaknya ia menghindari golongan golongan yang telah Allah haramkan untuk dijadikan sebagai target secara ibtida-an (secara awal atau secara asli untuk dijadikan sebagai target. pent)
  5. Dari pengamatanku, jihadul fardi sebaiknya dilakukan di daerah yang disitu tidak ada jama'ah jihad, kecuali pada keadaan keadaan kepepet, seperti seorang tentara thogut yang hendak memberontak terhadap ketentaraan, lalu kemudian ia menghabisi para tentara dan perwira yang ada disekitarnya. Biasanya setelah operasi jihad apapun, musuh akan menyisir daerah tersebut. Maka kami kawatirkan bila setelah operasi jihad fardi ini, musuh melakukan penyisiran daerah tersebut, padahal di daerah tersebut terdapat mujahidin yang tidak tahu menahu tentang operasi personal tadi yang akhirnya musuh akan dapat menggrebek mereka semua.

Adapun membuka front jihad baru, maka ini menuntut usaha dan persiapan yang teratur, kami tidak menasehatkan untuk tergesa gesa dalam masalah ini, kecuali dengan planning dan menjalin hubungan dengan jama'ah jihad yang sedang beroperasi yang memiliki manhaj dan aqidah yang jelas.

Pada kesempatan khusus ini, saya menasehati saudaraku penanya dan siapapun yang membaca jawaban ini, untuk memperhatikan sekali apa yang terkandung dalam siaran yang telah dipublikasikan oleh yayasan As Sahab yang berbarokah yang mengikuti Tanzhim Qoidatul Jihad, yang berjudul: Laa Tukallifu Illa Nafsaka (Kamu tidak dibebani kewajiban kecuali atas dirimu sendiri), siaran ini sangat bermanfaat sekali dalam pembahasan ini.

Saya memohon kepada Allah yang Maha Agung agar Dia mematikan kita sebagai syuhada dalam keadaan maju bukan dalam keadaan melarikan diri.

Dijawab oleh: Anggota Lajnah Syar'iyyah Mimbar Tauhid.

Syeikh Abu Muslim Al Jazairiy

Ikut andil dalam berda'wah, sebarkan :

Posting Komentar